penampakan avalokitesvara dan padmakumara


Seorang siswa Zhen Fo Zong yang bernama Lianhua Chung-yao mengikuti sebuah perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh kelompok Buddhis , guna mengunjungi Putuoshan, temapt suci Kuan Yin Phusa, di Nanhai, Provinsi Zhejiang, Beijing.

Di sepanjang perjalanan, Lianhua Chung-yao tidak berani menceritakan pada siapapun bahwa ia adalah seorang siswa Buddha Hidup Lian-shen Sheng-yen Lu, dan ia tidak berani menyatakan bahwa ia berlatih Dharma Zhen Fo Zong.

Chung-yao hanya membawa foto Mahaguru dalam dompetnya.

Ia berlatih dan menjapa mantra ketika tidak ada orang di sekitarnya, dan ia berusaha memfokuskan sadhananya pada inti dari sadhana Tantra yang meliputi visualisasi, menjapa mantra, dan bersamadhi sepanjang perjalanan wisata itu.

Selama perjalanan, ia mendengar banyak kritik yang mencela Mahaguru.

Seseorang berbicara kepadanya, "Buddha Hidup Lian-sheng Sheng-yen Lu menyebut bahwa dirinya adalah seorang Buddha Hidup, tapi pada dasarnya Ia tidak memiliki silsilah abhiseka yang sah."

Orang lainnya berkata, "Sheng-yen Lu bukan Buddha yang sejati. Dia bahkan memuja Mahadewi Yaochi!."

"Tulisan-tulisannya penuh dengan kebohongan."

"Ajarannya adalah kultus sesat!"

"Dia adalah iblis!"

"Dia adalah seorang asura!"

Ketika Lianhua Chung-yao mendengar semua kritikan itu, dia terlalu takut untuk menyangkal , dan dia hanya menganggukkan kepalanya.

Salah seorang wisatawan Buddhis menghampirinya dan bertanya, "Mengapa kamu tidak mengangkat Guru pada guru kami?"

"Saya sudah punya Mahaguru saya sendiri."

"Siapa mahaguru mu itu?"

"Saya tidak bisa mengatakannya!," jawab Lianhua Chung-yao .

"Tidak ada umat Buddhis di bumi ini yang tidak diperbolehkan untuk mengatakan siapa gurunya itu!"

Wajah Chung-yao memerah, dan ia takut untuk berdebat.

Beberapa orang kemudian menertawakannya.

Setiba di Nanhai, setiap umat Buddhis mulai menjapa dengan penuh hormat, "Namo Maha Maitri dan Maha Pengasih Bodhisattva Avalokitesvara."

Lianhua Chung-yao juga mengikuti menjapa nama Kuan Yin Phusa.

Selain itu, ia juga menjapa mantra hati Kuan Yin (Om Mani Padme Hum) serta memanjatkan Sutra Raja Agung Avalokitesvara.

Setibanya di Putuoshan, rombongan wisata berhenti di biara-biara dan kuil-kuil di berbagai tempat untuk memberi penghormatan dan bersujud pada Sang Bodhisatvva.

Akhirnya, mereka tiba di Chaoyindong , sebuah tempat suci yang dimana diyakini bahwa Kuan Im Phusa sering menampakkan wujudNya.

Rombongan wisata ini mulai bersujud ; tetapi, sayangnya, tak seorang pun melihat penampakan sang Bodhisatvva.

Akhirnya tibalah giliran Lianhua Chung-yao untuk memberikan penghormatan.

Semua orang memandangnya.

Begitu ia berlutut, ia tiba-tiba melihat seluruh permukaan laut dipenuhi bunga teratai, dan di atas teratai – teratai itu nampak ribuan Bodhisatvva Kuan Yin.

Setiap bodhisattva mengenakan kalung permata di dadaNya.

Hal ini tentu saja mengagumkan.

Begitu melihat ini, ia segera meneriakkan keras nama agung Avalokitesvara Bodhisattva, dan air mata mulai mengalir di pipinya.

Ketika Chung-yao memandang dengan lebih jelas lagi, masing-masing wajah dari Bodhisatvva Kuan Im tersebut berubah menjadi wajah Padmakumara.

Dia berteriak, "Padmakumara! (Lian Hua Tong Zi)!."

Sesaat kemudian, semua penampakan itu lenyap.

Lianhua Chung-yao terus berlutut untuk melakukan sujud.

Ketika orang lain membantunya berdiri, seluruh wajahnya masih basah dengan air mata.

"Saya melihat mereka!, Saya benar-benar melihat mereka!. Kuan Yin Phusa dan Padmakumara memang telah menampakkan diri pada saya!," gumamnya pada dirinya sendiri.

Pada rombongan wisata itu, terdapat seorang guru (master) yang secara diam-diam telah mengamati gerak – gerik Lianhua Chung-yao dari awal hingga akhir , dan ia tahu Lianhua Chung-yao memang benar-benar tewlah melihat penampakkan Bodhisatvva Avalokitesvara.

Kemudian, sang guru ini mengajak bicara Lianhua Chung yao.

"Siapa nama guru Anda?" tanyanya.

"Saya tidak tahu." Jawab Lian hua Chung yao.

"Tidak apa-apa, jangan takut untuk memberitahu saya, saya tidak akan menegur Anda."

"Baiklah, Mahaguru Saya adalah Buddha Hidup Lian-sheng Sheng-yen Lu!" jawab lian Hua Chung yao.

"Oh!" Master ini kaget sekali, dan ia termenung cukup lama, kemudian dia berkata, "Perlu menilai kembali tentang Buddha Hidup Lian-sheng Sheng-yen Lu."

Belakangan ini master itu mengatakan pada murid-muridnya, "Mulai sekarang, jangan sekali – kali melontarkan kritik negatif terhadap Buddha Hidup Lian-sheng tanpa terlebih dahulu mengetahui fakta yang ada!"

(Diterjemahkan dari Majalah Purple Lotus)

3 komentar:

Anonim mengatakan...

satu lagi antek sesat lu sheng yen...hms....begitu banyak kebohongan dan kesesatan

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

sesat tidak sesat hanya diri sendiri yang tahu bukan dari kata kata orang lain.....
buddha sakyamuni juga dicap sesat sama agama lain....