Banyak orang tidak pernah memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini, bahkan terlintas dalam benaknya pun tidak pernah. Mereka menganggap bahwa tujuan hidup sebagai seorang manusia adalah hanya untuk hidup semata-mata, dan segaanya akan berakhir pada hari terakhirnya. Jadi buat apa bersusah payah mempersulit diri sendiri untuk belajar Buddhadharma dan bersadhana.
Ada yang berkomentar pada saya, “Hidup ini untuk dinikmati, buat apa belajar Agama Buddha! Buat apa menaati sila!”
Ada juga yang berkomentar pada saya, “Saya toh tidak ingin jadi Buddha atau Bodhisattva, buat apa bersadhana?”
Ada pula yang berkomentar, “Agama itu semuanya bohong, omong kosong. Apa itu karma, apa itu surga, apa itu neraka….saya tidak percaya dengan semua ini.”
Terhadap orang-orang ini, diperlukan kesabaran yang tinggi dalam memberi penjelasan. Dan berikanlah juga buku-buku pedoman dasar tentang Agama Buddha pada mereka.
Saya ingin berbagi pengalaman kepada mereka, tentang pemahaman yang benar terhadap arti sebuah kehidupan, dan makna dari oencerahan yang telah saya capai. Saya pun akan menjelaskan bahwa hidup manusia hanyalah sebuah lingkaran dari penderitaan, yang mencakup lahir, usia tua, sakit, dan mati. Oleh karena itu, penderitaan, kehampaan, dan ketidak-kekalan selalu ada. Setelah memahami arti sejati dari kehidupan, saya menyadari bahwa kesenangan hanyaah sementara, hidup itu singkat, dan ilusi bagaikan sebuah mimpi. Untuk mengatasi lingkaran penderitaan itu, kita harus menerobos visi kehidupan dan mengatasi masalah samsara sebagai langkah seorang yang bijaksana.
Cobalah merenungi kondisi ketidak-kekalan hidup dan rapuhnya hidup ini. Renungilah kehampaan jiwa manusia dan makna hakiki dari sebuah kehidupan. Renungi pula buat apa menikmati kemakmuran yang seteah diperoleh toh tak dapat dibawa serta di akhir hayat.
Dari renungan inilah, akan timbul kewaspadaan!
Saya pribadi sungguh menyadari bahwa yang paling berharga daam hidup manusia yang singkat ini adalah tekuni ibadah secara konsisten untuk mengendalikan samsara, mencapai pencerahan diri, dan kebebasan spiritual. Selain itu, semuanya khayalan adalah semu yang hanya berupa sampah semata!
(sumber: cahaya kebijaksanaan)
0 komentar:
Posting Komentar