Tentang Keyakinan yang Tergoyah (Dari buku Pedang Mustika Yogi)


Saya bertanya kepada Dakini Putih, "Jika terlalu ketat menjalani Vinaya yang ditetapkan oleh sang Buddha, apakah akan membuat sradha seorang sadhaka goyah?"

Dakini Putih menjawab, "Sradha terbentuk dari keyakinan. Orang yang percaya pada Buddhisme, benar-benar yakin bahwa Buddhadharma mampu menyelamatkan makhluk luas dari samsara.Orang yang berpedoman pada kepercayaan ini, akan memiliki keyakinan taat sila dan menghargai peraturan Buddha."

Saya berkata,"Ada yang mengatakan bahwa sradha dirinya telah tergoyah."

Dakini putih berkata,"jika ia memang memiliki sradha, tentu tidak akan tergoyah."

"Kalau telah tergoyah?"

"Berarti sejak awal ia tidak memiliki sradha."

Tentang masalah ini, sraddha... tergoyah..., cukup lama saya renungkan.

kalau masih ada orang yang berkata, "sradha saya telah tergoyah."

Saya akan berkata,"Orang yang memiliki sradha, tidak akan tergoyah. Anda sama sekali tidak memiliki sradha dari awal."

Kalau ada yang berkata,"Saya akan tinggalkan kehidupan kebhiksuan."

Saya akan berkata,"Kapan Anda pernah suci? Anda memang orang awam, mengapa dikatakan meninggalkan kehidupan kebhiksuan?"(renungilah hal ini)



***


Dakini Putih Berkata,"Sradha, bagaikan mentari, senantiasa eksis di angkasa raya, tak pernah hilang. Dikatakan hilang, karena avidya, lobha, dosa, dan moha diri sendiri yang telah menyelubungi mentari. Jadi, mentari tidak akan hilang, justru diri sendirilah yang telah kehilangan, bukan pula sradha yang kehilangan."

Saya bertanya pada Dakini Putih,"Saya selalu menghendaki kebebasan, demokrasi. Di samping itu saya juga mengharapkan para umat menaati sila, mengindahkan peraturan Buddha. Apakah ini terlalu ketat?"

Dakini Putih menjawab,"Sila bertujuan untuk menghentikan kejahatan. Peraturan bertujuan untuk berdisiplin. Semua ini bermaksud agar seorang sadhaka dapat terhindar dari perilaku salah, prasangka, dengki, suka membeda-bedakan, sesat, dan kehilangan tata krama. Sadhaka yang dapat menaati sila dan peraturan, bagaikan fajar yang cerah, bening bak bola kristal, Negara punya hukum negara, agama punya norma agama, vihara punya tatakrama vihara. Kalau semuanya ikuti kebebasan dan demokrasi, akan kacau balau."

Saya bertanya pada Dakini Putih,"Apa kekurangan dari Zhenfo Zong?"

Dakini Putih menjawab,"Pengaturan."

"Pengaturan yang dimaksud?"

"Sila dan Pengaturan."

Saya bertanya lagi,"Apa kekurangan dari Dharmaduta Zhenfo Zong?"

Dakini Putih menjawab,"Sepertinya sebagian dari mereka hanya mengutamakan materi dan batas wilayah. Pembabaran Dharma hanyalah sebuah kedok, tidak mengutamakan penyebaran Buddhadharma. Mereka memang sadar bahwa harta kekayaan pada akhirnya tidak bisa dibawa mati. Namun mereka masih saja tersesat. Guru Lu, bagaimana Anda dapat menjamin mereka tidak akan terjerumus ke tiga alam samsara?"

Saya termangu, lalu berkata,"Mereka telah memiliki kemampuan sakti sih!"

Dakini putih berkomentar,"Kesaktian uang, bukan kesaktian batin."

(Dikutip dari buku: Pedang Mustika yogi, karya Dharmaraja Lian Sheng)

0 komentar: