Terpuruk Karena Nikmat Birahi



Menurut Dakini Putih:

Persetubuhan antara pasangan suami istri yang resmi itu wajar, persetubuhan antara pria dan wanita yang bukan pasangan suami istri adalah berzinah. Berzinah kelak akan terjerumus ke Alam Hewan.

Sadhaka yang sudah menjalani kehidupan Bhiksu, mesti menaati Sila Berzinah, persetubuhan antara suami istri juga tidak diperbolehkan. Seorang Bhiksu dalam Tantrayana, tergolong sadhaka yang berlatih tunggal, sama sekali berbeda dengan umat perumah tangga. Bhiksu atau Bhiksuni yang berzinah, pasti akan terjerumus ke Alam Hewan.

Tantrayana memang punya Sadhana Persetubuhan, begitu pula dalam ajaran Taois. Sadhana yang disebut Yagyum ini sangat rahasia. Orang yang sangat berbakat berlatih sesuai Dharma tidak akan menimbulkan masalah. Namun, selangkah saja menyimpang, akan menyebabkan dirinya terpuruk. Oleh sebab itu, jarang sekali ada yang berhasil mencapai pencerahan lewat sadhana ini. Dan itupun hanya boleh dilakukan oleh seorang Vajracarya yang sejati, kalau tidak, akan terjerumus ke Neraka Avici, setelah sekian kalpa kemudian, masih akan terlahir di Alam Hewan.

Dalam artikel ini, saya tidak membahas Yagyum, baik Tantra maupun Taois. Saya hanya membahas tentang perilaku seks yang tergolong zinah:

Perilaku seks disebut zinah, apabila:

  1. bukan berpasangan dengan istri sendiri.
  2. dilarang undang-undang.
  3. bukan berpasangan dengan mausia.
  4. berpasangan dengan ibu atau saudara perempuan.
  5. berpasangan dengan orang yang belum cukup umur.
  6. pasangan adalah Bhiksu atau Bhiksuni.
  7. berpasangan dengan biarawati.
  8. berpasangan dengan hewan.
  9. menggunakan alat pengganti kelamin.
  10. dilakukan lebih dari dua orang.


Selain itu perilaku seks juga disebut zinah apabila:

  • dilakukan pada waktu yang tidak tepat (hari suci Buddha Bodhisattva).
  • dilakukan pada tempat yang tidak tepat (di hadapan Triratna).
  • dilakukan dengan tidak wajar (menggunakan mulut dan sebagainya).



***


Ketahuilah, manusia dilahirkan dari nafsu birahi, yakni dari sperma ayah dan sel telur ibu lewat persetubuhan, sehingga setiap manusia memiliki kebiasaan buruk dari benih nafsu birahi. itulah sebabnya dikatakan bahwa nafsu makan dan nafsu birahi sudah merupakan sifat sejati manusia.

Nafsu birahi yang menjadi salah satu sifat manusia ini, juga adalah benih umat manusia yang berkesinambungan.

Nafsu birahi yang menimbulkan kenikmatan paling maksimal pada kehidupan manusia ini, ternyata hanya begitu-begitu saja. Tetapi kenikmatan yang mampu membuat manusia mabuk tidak kepalang ini, baik orang terpandang, maupun rakyat jelata, semuanya tergiur setengah mati, tanpa kecuali.

Yang namanya manusia, semua bersifat demikian. Begitu pula dengan hewan, tiada beda.

Namun, sebagai sadhaka perlu mewaspadai, sila yang satu ini mudah dilanggar, itu dikarenakan setiap orang memiliki nafsu birahi.

Pada umumnya, sadhaka yang nadi prananya sudah tembus dan berhasil melatih api kundalini, Mahasukha yang diperolehnya jauh lebih membahagiakan daripada nikmat birahi, dengan sendirinya tidak akan timbul nafsu birahi.

Bagi praktisi Zen, Samadhi-sukha lebih unggul dari nafsu birahi.

Bagi praktisi Eksoterik, Dharma-sukha lebih unggul dari nafsu birahi.

Menurut saya, baik Mahasukha, Samadhi-sukha, maupun Dharma-sukha, semuanya sama, disebut sebagai Dharma-rasa. Dengan adanya Dharma-rasa, momok nikmat birahi akan ditaklukkan.

Bagi sadhaka yang menggunakan cara pengekangan untuk mengendalikan nafsu birahi, tidak akan berhasil, hal ini ibarat menindih rumput dengan batu. Begitu batu tergeser, rumput pun akan tumbuh lkiar.

Saya sarankan, bagi sadhaka yang belum berhasil memperoleh Dharma-rasa, gunakanlah 'metode peralihan' untuk mengalihkan niat birahi.

Kiranya cara ini lebih efektif.


(Sumber: Buku Pedang Mustika Yogi, by Dharmaraja Lian Sheng)

0 komentar: